Religi  

Jangan Tertipu! Jidat Hitam Bukan Tanda Keshalihan Seseorang

Jangan Tertipu! Jidat Hitam Bukan Tanda Keshalihan Seseorang
Jangan Tertipu! Jidat Hitam Bukan Tanda Keshalihan Seseorang

Kabarindonk Religi – Jidat hitam bukan tanda keshalihan seseorang. Memang benar bisa jadi seseorang banyak sujud (shalat) kemudian tanpa sengaja jidatnya menghitam. Akan tetapi jidat hitam bukanlah tanda keshalihan seseorang.

Mungkin diantara kita menganggap bahwa jidat seseorang yang hitam menandakan kesolehan seseorang. Namun perlu kamu ketahui bahwa tanda kesolehan seseorang itu bukan jidatnya yang hitam.

Memang benar bisa jadi seseorang banyak sujud (shalat) kemudian tanpa sengaja jidatnya menghitam. Namun keshalihan seseorang saah satu tandanya adalah wajahnya yang bercahaya.

Adapun bekas sujud yang terdapat pada wajah (kening), kadang itu nampak pada orang yang hanya mengerjakan sholat wajib saja, disebabkan kulit (keningnya) tipis dan sensitif.”

Hal itu didasarkan pada firman Allah dalam surat Al Fath ayat 29:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ  

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…” (QS. Al Fath: 29)

Siimaahum fii wujuuhihim min atsaris sujuud (tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud). Inilah yang melatari pemahaman banyak orang bahwa tanda hitam di jidat seseorang itu merupakan bekas sujud.

Pendapat ini tidak sepenuhnya salah karena bisa jadi seseorang banyak sujud (shalat) kemudian tanpa sengaja jidatnya menghitam. Namun, penafsiran para ahli tafsir dari kalangan sahabat Nabi dan tabi’in bukan seperti itu.

Terdapat beberapa penafsiran para ahli tafsir dari kalangan sahabat Nabi dan tabi’in yang bisa kita dalami akan tanda keshalihan seseorang yaitu diantaranya:

Abdullah bin Abbas, anak dari Paman Rasulullah mengatakan, maksud tanda-tanda itu adalah tanda baik yang ada pada wajah mereka. Mujahid menjelaskan bahwa atsar sujud itu ialah khusyu’ dan tawadhu’.

Pakar Tafsir, Imam As Sa’di menjelaskan bahwa shalat menjadikan wajah seseorang menjadi lebih indah.

Sedangkan Imam Ibnu Katsir menuturkan bahwa “siapa yang banyak shalat di malam harinya maka wajahnya kelihatan indah di siang harinya.”

Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan juga mengatakan hal senada.

“Siapa yang memperbaiki hatinya, maka Allah akan memperbaiki penampilan lahiriahnya,” kata Umar.

“Sesuatu yang terpendam dalam jiwa akan terpancar melalui roman muka,” kata Ustman.

Karena tidak ada tafsir yang menjelaskan bahwa atsaris sujud maknanya jidat hitam, para ulama pun mengingatkan kita agar berhati-hati.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanya:

“Apakah ada ketetapan bahwa tanda bekas sujud yang terdapat di kening (dahi), termasuk tanda orang shalih?.”

Jawaban :

“Jidat hitam bukan termasuk tanda orang shalih. Adapun tanda keshalihan antara lain :

Cahaya yang nampak pada wajah, dada yang lapang, akhlaq yang baik, dan yang semisalnya.

Adapun bekas sujud yang terdapat pada wajah (kening), kadang itu nampak pada orang yang hanya mengerjakan sholat wajib saja, disebabkan kulit (keningnya) tipis dan sensitif.”

Saya ingat perkataan seseorang, melaksanakan sholat dan mendirikan sholat adalah dua hal yang berbeda. Seseorang yang melaksanakan sholat belum tentu mendirikan sholat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, 

اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar….” (QS. Al-Ankabut ayat 45).

Mungkin kamu akan bertanya, “Mengapa banyak manusia yang sholat, tapi mereka juga melakukan kemungkaran, mengonsumsi obat-obatan terlarang, mencuri dan melakukan perzinaan?” Jawabannya adalah, “Karena mereka baru pada tahap melaksanakan sholat, belum sampai pada tahap mendirikan shalat.”

Salah seorang ulama berkata, yang dimaksud dengan mendirikan (sholat) adalah pelaksanaan sholat yang dilakukan dengan disertai keikhlasan, kekhusyukan, dan penghayatan atas setiap kalimat yang diucapkan dalam sholat mulai dari takbir, ruku, sujud sampai salam. 

Wallahu A’lam.